Sukses


Menilik Pendekatan Gaya Melatih Mourinho dan Guardiola

Bola.com — Jose Mourinho dan Pep Guardiola bisa dibilang merupakan contoh manajer tersukses dalam ranah sepak bola pada era saat ini. Namun, kedua pelatih tersebut tentu memiliki gaya melatih berbeda yang menjadi kunci sukses mereka. 

Jika bicara soal pengalaman melatih di Premier League, Mourinho jelas lebih unggul dari Guardiola. Manajer asal Portugal itu sempat melatih Chelsea selama dua periode (2004-2007, 2013-2014), dan sukses mempersembahkan delapan trofi.

Guardiola? Manajer asal Spanyol tersebut merupakan salah satu pelatih yang sukses membawa Barcelona merajai Eropa pada kurun waktu 2008-2012. Hanya dalam empat musim, ia mempersembahkan total 17 gelar. 

Pada musim 2016-2017, Guardiola dan Mourinho kembali bersaing di Premier League. Sementara Mourinho melatih Manchester United, Guardiola membesut Manchester City. 

Hingga pekan kelima, Guardiola jelas mampu unggul lebih jauh dari rivalnya itu. City kian kukuh di puncak klasemen sementara dengan rekor sempurna, sedangkan Setan Merah baru menelan hasil minor setelah kalah tiga laga beruntun. 

Berkaca terhadap hasil tersebut, terlihat jelas pendekatan berbeda yang dilakukan Mourinho dan Guardiola di klub barunya masing-masing. Bola.com mencoba membahas mengenai hal tersebut. Berikut ini adalah pemaparannya. 

1. Taktik

Aksi pelatih Manchester United, Jose Mourinho (kiri) dan pelatih  Manchester City, Pep Guardiola (R) saat menyaksikan anak asuhnya berlaga pada laga Premier League di Old Trafford, Manchester,  (10/9/2016). (AFP/Oli Scarff).

Bersama Manchester City, Guardiola, sejauh ini bisa dibilang, berhasil mematahkan kritik yang menyatakan pendekatan yang dia gunakan di Barcelona dan Bayern Muenchen tidak akan berjalan dengan baik di Premier League.

Pendekatan Guardiola yang paling mencolok adalah mengikut sertakan posisi full-back untuk ikut serta dalam upaya penyerangan. Lini tengah City juga menjadi bagian dari eksperimen Guardiola, dengan menempatkan David Silva dan Kevin de Bruyne bermain pada posisi yang lebih dalam dan lebih dekat dengan penyerang, sehingga memungkinkan mereka untuk bermain dengan cepat melalu umpan-umpan pendek.

Mourinho sebaliknya. Selain mewarisi skuat yang hanya mampu finis di posisi kelima klasemen Premier League musim lalu, kecenderungan Mourinho mengandalkan Paul Pogba dan Marouanne Fellaini sebagai gelandang bertahan, tidak berjalan baik.

Khusus Pogba, eksperimen Mourinho bahkan bisa dibilang gagal. Sebab, holding midfielder dengan formasi 4-2-3-1, dianggap bukan posisi tepat bagi sang pemain. Dari total empat pertandingan, Pogba bahkan belum mencetak assist atau gol. 

2 dari 4 halaman

Dampak

2. Dampak

Mourinho dan Guardiola memiliki tugas amat berat ketika memutuskan berkarier dengan MU dan City. Sebab, kedua klub tersebut tidak meraih hasil memuaskan pada musim 2016-2017. 

MU, saat masih dilatih Louis van Gaal, hanya menempati peringkat kelima pada klasemen akhir. Namun, meski mampu membawa Setan Merah meraih gelar juara Piala FA, manajer asal Belanda itu tidak bisa menghindari pemecatan. 

City tidak jauh berbeda, meski meraih hasil lebih baik dengan finis di posisi empat klasemen. Namun, meski baru meneken perpanjangan kontrak, manajemen City tetap memutuskan memecat Manuel Pellegrini demi mengakomodasi Guardiola. 

Usai diumumkan sebagai pelatih MU, Mourinho kemudian langsung memberikan sejumlah daftar pemain incaran. Ia pun berhasil mendaratkan Zlatan Ibrahimovic, yang saat ini bisa dibilang merupakan salah satu striker terbaik di dunia. 

Mourinho juga telah membuat Paul Pogba, yang sempat dibuang dengan banderol gratis oleh Sir Alex Ferguson, sebagai pemain termahal di dunia. 

Sejauh ini, pengaruh Mourinho sangat terasa di Carrington, dan salah satunya dapat dilihat pada saat bursa transfer.

Sementara itu, Guardiola lebih mengejutkan. Namun, bukan dalam hal merekrut pemain baru, melainkan memutuskan siapa pemain yang pas untuk mengisi skuat City. Joe Hart, kiper utama tim nasional Inggris, pun menjadi "korban"

Hart lalu memutuskan hijrah ke Torino setelah dikabarkan tidak masuk ke dalam bagian rencana jangka panjang Guardiola di Manchester City. Demikian halnya Yaya Toure, yang saat ini kariernya terancam di Etihad Stadium. 

3 dari 4 halaman

Pemain baru

3. Pemain Baru

Guardiola jelas lebih unggul ketimbang Mourinho jika berbicara soal performa para pemain baru mereka. Di Manchester City, Guardiola merekrut pemain-pemain seperti John Stones, Claudio Bravo, Ilkay Gundogan, yang saat ini tampil cukup baik. 

Di sisi lain, Mourinho masih kesulitan menemukan formula tepat. Bahkan, kehadiran Paul Pogba saat ini dianggap menjadi masalah besar karena dapat "menghabiskan" karier sang kapten The Red Devils, Wayne Rooney. 

Hanya Zlatan Ibrahimovic yang bisa dibilang efektif. Mantan penyerang Paris Saint-Germain tersebut saat ini sudah mencetak empat gol dari total lima pertandingan di semua ajang. 

4 dari 4 halaman

Filosofi

4. Filosofi

Mourinho sempat bertekad mengembalikan sepak bola menyerang dan cepat ala Sir Alex Ferguson di MU. Namun, sejauh ini, tekad tersebut dianggap belum berjalan maksimal. Dengan formasi 4-2-3-1, permainan MU justru terlihat monoton. 

Terkait pemain muda yang lekat dengan Ferguson, Mourinho memang mulai mengikuti jalur. Marcus Rashford dan Anthony Martial, yang saat ini berstatus sebagai wonderkid Setan Merah, kerap bermain bersama skuat utama. 

Jika Mourinho hanya mengandalkan satu atau dua pemain muda dalam skuat utama, Guardiola sebaliknya. Bahkan, mantan pelatih Bayern Munchen tersebut dianggap cukup sukses menjadikan Kevin de Bruyne sebagai motor utama City. 

Belum lagi bicara pemain-pemain muda lain, Raheem Sterling, misalnya. Mantan pemain Liverpool yang kariernya sempat meredup di bawah asuhan Pellegrini tersebut, sejauh musim ini, tampil cukup menjanjikan di lini tengah The Citizens. 

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini

Video Populer

Foto Populer